Senin, 06 Juni 2011

PENENTUAN DAN PENYUSUNAN ALAT EVALUASI DAN PENENTUAN MATERI DAN KEGIATAN BELAJAR


PENENTUAN DAN PENYUSUNAN ALAT EVALUASI DAN PENENTUAN MATERI DAN KEGIATAN BELAJAR-MENGAJAR

Mata Kuliah Perencanaan Pengajaran


PENENTUAN DAN PENYUSUNAN ALAT EVALUASI

A.    Penentuan Pendekatan dan Cara Evaluasi
1.      Pendidikan dalam Evaluasi
Dalam evaluasi hasil belajar dikenal adanya dua pendekatan : Penilaian Acuan Norma (PAN) dan Penilaian Acuan Patokan (PAP). Dalam PAN, nilai yang diperoleh siswa tergantung pada kedudukan hasil belajar yang tercapainya dalam kelas. Siswa A yang dapat menjawab dengan betul 5 dari 10 soal yang diberikan dapat saja memperoleh nilai 7 atau 8 jika kebanyakan siswa dalam kelas yang bersangkutan berada di bawah hasil yang dicapainya. Dalam PAP, nilai yang diperoleh siswa tergantung dari seberapa jauh tujuan-tujuan yang tercermin dalam soal-soal tes yang diberikan dapat dikuasai, tanpa memperdulikan hasil yang dicapai oleh kelas atau siswa-siswa lain, yang memperoleh nilai 5 / 10 x 10 = 5
Sehingga dapat disimpulkan untuk mengevaluasi keberhasilan siswa dan program pengajaran dalam mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan lebih tepat digunakan pendekatan Penilaian Acuan Patokan atau PAP.
2.      Cara-cara dalam Evaluasi
Dalam menilai seberapa jauh TIK telah dikuasai oleh para siswa, dapat digunakan berbagai cara, sesuai dengan isi rumusan TIK tersebut. Adapun cara-cara yang dimaksud meliputi tertulis, tes lisan, dan tes perbuatan/tindakan.
a.       Tes tertulis
Dalam melaksanakan tes tertulis, guru menyiapkan butir-butir tes acara secara tertulis dan para siswapun memberikan jawaban secara tertulis pula. Cara evaluasi ini banyak dilakukan oleh para guru dengan hasil yang menghasilkan. Hal ini terjadi apabila butir tes disusun dengan baik dan para guru mengadakan pengawasan dengan cermat pada saat tes berlangsung. Evaluasi secara tertulis ini dapat dilaksanakan dalam tes bentuk objektif dan tes bentuk uraian. Tes bentuk objektif dapat dibagi atas empat jenis, yaitu :
1)      Tes benar / salah
2)      Tes pilihan ganda
3)      Tes menjodohkan
4)      Tes melengkapi / jawaban singkat
Adapun tes bentuk uraian dapat dibagi atas dua jenis, yaitu :
1)      Tes uraian terbatas
2)      Tes uraian bebas
b.      Tes lisan
Dalam melaksanakan tes lisan ini, guru memberikan pertanyaan secara lisan dan siswa langsung diminta menjawab secara lisan pula. Tes ini dapat dilaksanakan baik secara individual maupun secara kelompok, namun pada umumnya dilakukan secara individual. Sehubungan dengan itu, tes lisan ini jarang digunakan pada siswa-siswa yang jumlahnya besar karena pelaksanaannya akan membutuhkan waktu yang lama. Tes ini mudah digunakan jika jumlah siswa yang dinilai yang dinilai cukup terbatas
c.       Tes perbuatan
Dalam tes ini, siswa ditugasi untuk melakukan sesuatu perbuatan yang sesuai dengan jenis keterampilan yang terkandung dalam TIK. Tes yang diberikan guru dalam praktek pelajaran Olahraga, Keterampilan, dan sejenisnya adalah contoh-contoh dari tes perbuatan.
Tes perbuatan biasanya dilakukan dalam bentuk pemberian tugas kepada siswa, misalnya :
-          Siswa diminta melakukan lompat tinggi;
-          Siswa diminta membuat patung dari tanah liat
3.      Bentuk Tes
Keahlian dan kecakapan menyusun soal tes merupakan pernyataan mutlak yang harus dimiliki oleh setiap guru. Dengan soal yang baik dan tepat akan diperoleh gambaran prestasi siswa yang sesungguhnya. Demikian pula sebaliknya, dengan soal yang tidak tersusun dengan baik dan tepat, tidak akan diperoleh gambaran tentang prestasi siswa yang sesungguhnya.
Uraian singkat dibawah ini sekedar memberikan gambaran umum bagaimana menyusun soal tes bentuk uraian serta soal tes bentuk objektif.
a.       Tes Bentuk Uraian
Tes bentuk uraian bertujuan untuk mengukur kemampuan siswa menguraikan apa yang dalam pikiarannya tentang sesuatu masalah yang diajukan oleh guru.
Tes bentuk ini terbagi atas dua jenis :
1)      Uraian bebas, yakni tes yang soal-soalnya harus dijawab dengan uraian secara bebas.
2)      Uraian terbatas, yakni tes yang soalnya menuntut jawaban dalam bentuk uraian yang telah terarah
Tes uraian ini lebih mudah memerikasannya, karena dapat ditetapkan standar jawaban yang benar.
Tes bentuk uraian ini pada umumnya dianggap tepat apabila kita akan mengevaluasi kemampuan siswa dalam :
a)      Menganalisis masalah secara ilmiah
b)      Menarik kesimpulan tentang sesuatu
c)      Menyusun gagasan secara konseptual
d)     Melukiskan suatu proses
e)      Menguraikan sebab-akibat
f)       Mendiskusikan masalah
b.      Tes Bentuk Objektif
Tes bentuk objektif sangat beragam jenisnya. Setiap jenis memiliki nilai kegunaan masing-masing sesuai dengan maksud dan tujuan diadakannya evaluasi. Yang popular diantara berbagai jenis tes objektif ialah :
1)      Bentuk benar-salah
Soal ini dibuat dalam bentuk pernyataan. Tugas murid menetapkan apakah pernyataan ini benar atau salah. Agar tidak terjadinya dalam menentukan pilihan, soal tes hendaknya secara tegas membedakan benar dan salahnya suatu pernyataan bberdasarkan konsep tertentu.
Contoh :
Lingkarilah B bila pernyatan ini benar, atau S bila pernyataan tersebut salah.
B-S 1. Semua benda dapat menghantarkan listrik
2)      Bentuk pilihan ganda
Bentuk soal ini menyediakan sejumlah kemungkinan jawaban, satu diantaranya adalah jawaban yang benar. Tugas siswa adalah memilih jawaban yang benar itu dari sejumlah kemungkinan yang tersedia.
Contoh :
Pilihlah satu kemungkinan yang benar dengan melingkari huruf A,B,C,atau D yang terdapat di depan jawaban tersebut.
Yang dimaksud dengan urbanisasi ialah :
A.    Pindahnya penduduk dari pulau ke pulau
B.     Pindahnya penduduk dari satu negara ke negara lain
C.     Pindahnya penduduk dari desa ke kota
D.    Pindahnya penduduk dari kota ke desa
3)      Bentuk menjodohkan
Dalam bentuk ini, siswa diminta menjodohkan secara tepat setiap butir soal dengan pasangannya pada kemungkinan jawaban.
Contoh :
Jodohkan butir soal bagian A dengan B
No
Bagian A
Bagian B
1.
Pilipina
Bangkok
2.
Malaysia
Manila
3.
Muang thai
Beijing
4.
Jepang
Kuala lumpur


Tokyo

Bentuk soal ini harus mencantumkan penjodoh yang lebih banyak dari jumlah butir soalnya.


c.       Bentuk Melengkapi
Bentuk ini terdiri dari serangkaian pernyataan/paragraph yang dihilangkan sebagian unsurnya, sehngga tidak lengkap. Siswa diminta melengkapi kalimat paragraph tersebut.
Contoh :
Binatang pemakan rumput disebut…..
Binatang pemakan daging disebut…..

B.     Penyusunan Alat Evaluasi

Salah satu kemampuan yang dimiliki oleh setiap guru ialah kemampuan merencanakan dan melaksanakan evaluasi hasil belajar dengan baik, termasuk kemampuan menyusun tes.

1.      Kriteria Tes Yang Baik

a.       Suatu tes dikatakan valid jika tes itu mengukur apa yang sesungguhnya     ingin diukur. Jika suatu tes dimaksudkan untuk mengukur kemampuan berhitung, maka soalnya harus dibatasi pada kemampuan berhitung, jangan menuntut kemampuan yang lain, seperti kemampuan berbahasa, dan sebagainya.
b.      Suatu tes dikatan realiabel jika tse itu memperlihatkan hasil yang sama ( tetap ) ketika diberikan pada waktu yang berbeda terhadap individu atau kelompok yang sama.
c.       Suatu tes dikatan objektif jika penilaian dari dua orang atau lebih terhadap suatu jawaban yang diberikan sama atau menunjukkan hasil yang sama.

Dalam hubungan dengan kriteria tersebut, khusus bagi tes yang disusun untuk menilai efektivitas program pengajaran, ada dua hal yang perlu diperhatikan terutama berkenaan dengan kriteria validitas yaitu kesesuaian soal dengan TIK dan kesesuaian soal dengan kaidah – kaidah konstruksi tes.





2.      Kesesuaian Soal dengan TIK

a.       Kesesuaian Jenjang Kemampuan

Dalam menyusun butir tes, hendaknya diperhatikan kesesuaian dengan jenjang kemampuan yang terkandung dalam TIK. Jika jenjang kemampuan dalam TIK mencerminkan jenjang ingatan  maka soal tes hendaknya juga mengukur jenjang ingatan.

b.      Kesesuaian Lingkup Isi

Disamping kesesuaian dalam jenjang kemampuan, antara TIK dan tes hendaknya terdapat pula kesesuain dalam lingkup isi.
Perhatikan contoh soal tes berikut:
1.      Sebutkan ciri – ciri surat yang baik
2.      Sebutkan berbagai jenis surat yang anda ketahui

Sekalipun kedua contoh mencerminkan jenjang kemampuan yang sama ( ingatan ), lingkup isi yang terkandung di dalamnya berbeda karena yang pertama tentang ciri – ciri surat, sedangkan yang kedua tentang jenis – jenis surat.
Jika TIK-nya berbunyi: “ Murid dapat menyebutkan ciri – ciri surat yang baik “, maka dilihat dari lingkup isi nya, contoh soal 1) lah yang tepat, bukan contoh 2).

3.      Kesesuain Soal dengan Kaidah – Kaidah Konstruksi Tes 

Di samping kesesuaian dalam jenjang kemampuan dan lingkup isi, dalam menyusun soal – soal tes perlu diperhatikan pula kesesuain dengan kaidah – kaidah yang berlaku dalam penyusunan atau konstruksi tes, baik tes bentuk uraian maupun tes bentuk objektif.

a.        Tes Bentuk Uraian

Dalam soal – soal tes bentuk uraian, siswa diminta merumuskan, mengorganosasi dan menyajikan jawabannya dalam bentuk uraian. Seperti pernah dijelaskan sebelumnya bahwa soal – soal bentuk uraian ini terbagi dalam dua jenis, yaitu uraian bebas dan uraian terbatas.
Kaidah – kaidah yang perlu diperhatikan dalam merumuskan  soal – soal bentuk urain, baik bebas maupun terbatas antara lain:
-          rumusan soal – soal hendaknya jelas, dilihat dari pilihan kata atau istilah yang dipakai maupun struktur kalimatnya.
-          Rumusan soal – soal hendaknya cukup singkat dalam arti tidak bertele – tele melainkan langsung pada pokok persoalannya ( to the point ).

b.       Tes Bentuk Objektif

Dalam soal – soal bentuk objektif di kenal bentuk Benar – Salah, Pilihan Ganda, Menjodohkan, dan Melengkapi atau Isian.
Kaidah – kaidah yang perlu diperhatikan dalam penyusuna masing – masing jenis atau bentuk soal diatas adalah:

1)      Benar – Salah
Bentuk tes yang soalnya berupa pernyataan. Setiap pernyataan mengandung dua kemungkinan Benar atau Salah. Biasanya soal ini berisi tentang fakta,definisi dan prinsip – prinsip.
Adapun kaidah – kaidah konstruksi tesnya antara lain:
a)      Menghindari pernyataan – pernyataan yang mengandung perkataan: kadang – kadang, pasti, pada umumnya dan sejenis nya yang dapat memberi indikasi benar tidaknya pernyataan tersebut.
b)      Menghindari pengambilan kalimat langsung dari buku pelajaran.
c)      Menghindari suatu pernyataan yang merupakan suatu pendapat yang masih dapat diperdebatkan kebenarannya.
d)      Penyusunan pernyataan Benar – Salah dalam tes dilakukan secara acak, misalnya: B,B,S,B,S,S…dan seterusnya.

2)      Pilihan Ganda
Bentuk soal pilihan ganda menyediakan sejumlah kemungkinan jawaban satu di antaranya adalah jawaban yang benar.
Adapun kaidah – kaidah konstruksi tesnya antara lain:
a)      Pokok soal merupakan masalah yang dirumuskan dengan jelas.
b)      Perumusan pokok soal dan alternatif jawaban hendaknya di batasi pada hal – hal yang diperlukan saja.
c)      Hanya terdapat satu kemungkinan jawaban yang benar.
d)      Alternatif jawaban harus logis dan pengecoh harus berfungsi.
e)      Usahakan tidak menggunakan option yang berbunyi “ semua jawaban salah“

3)      Menjodohkan
Bentuk soal ini berisi pertanyaan yang terdiri atas 2 kelompok yang peralel ( pernyataan dan jawaban ) yang harus dijodohkan satu sama lain.
Adapun kaidah – kaidah konstuksi tesnya antara lain:
a)      Hendaknya materi yang diajukan berasal dari hal yang sama, sehingga pertanyaan yang diajukan bersifat homogen
b)      Usahakan agar pertanyaan dan jawaban mudah dimengerti
c)      Jumlah jawaban hendaknya lebih banyak dari pada jumlah pertanyaan
d)      Gunakan simbol yang berlainan untuk pertanyaan dan jawaban, misalnya 1, 2 dan seterusnya, untuk pertanyaan, serta a,b dan seterusnya untuk jawaban

4)       Melengkapi
Bentuk soal melengkapi merupakan soal yang menghendaki jawaban dalam bentuk kata, bilangan, kalimat atau simbol dan jawabannya hanya dapat dinilai dengan benar atau salah.
Adapun kaidah – kaidah konstruksi tesnya antara lain:
a)      Tidak menggunakan pernyataan yang langsung di ambil dari buku
b)      Pernyataan hendaknya menggandung hanya satu kemungkinan jawaban yang dapat diterima

4.      Langkah – Langkah Menyusun Tes

a.       Pembuatan Kisi – Kisi

Agar terdapat kesesuian antara TIK dan soal tes baik dalam aspek jenjang kemampuan maupun lingkup isi perlu dibuat kisi – kisi atau blue-print, yang kolomnya berisi pokok – pokok bahan dan lajurnya berisi jenjang kemampuan ( Ingatan, Pemahaman, Aplikasi, dan seterusnya ) seperti terlihat dalam contoh berikut :

Pokok Bahan
Jenjang
I
P
A        dst…
Konsep lingkungan
3
4
2
Lingkungan alam
3
5
2
Lingkungan sosial
dst…
2
4
3

Angka – angka yang terdapat dalam contoh kisi – kisi menunjukkan butir atau soal tes yang akan dikembangkan dalam suatu unit bahan tertentu.

b.      Penyusunan Soal

Berdasarkan TIK yang telah dirumuskan dengan mengacu pada kisi – kisi yang ada, kini disusun soal – soal tes untuk menilai taraf pencapaian masing – masing TIK, dengan memperhatikan:
1)      kesesuaian dalam jenjang kemampuan
2)      kesesuaian dalam lingkup isi
3)      kaidah – kaidah konstruksi tes

c.       Perakitan Tes

Setelah setiap soal selesai disusun  dan diperbaiki antara lain berdasarkan patokan – patokan di atas, maka dilakukan perakitan untuk menghasilkan suatu tes yang utuh disertai dengan petunjuk pelaksanaannya.
Dalam merakit tes tersebut, perlu diperhatikan tata urutan soal – soalnya, dengan mempertimbangkan urutan bahan serta jenjang kemampuan yang terkandung dalam setiap soal.
Jika bentuk soal yang digunakan adalah bentuk objektif, perlu diperhatikan pula agar jawaban benar dan salah tidak terurut secra teratur sehingga memudahkan penerkaan oleh siswa, melainkan disusun secara acak.


PENENTUAN MATERI DAN KEGIATAN BELAJAR-MENGAJAR

A.    PENENTUAN MATERI PELAJARAN
1.      Pengertian dan Persyaratan materi
Materi pelajaran merupakan sesuatu yang disajikan guru untuk diolah dan kemudian dipahami oleh siswa, dalam rangka pencapaian tujuan-tujuan instruksional yang telah ditetapkan. Dalam perencanaan pengajaran, materi yang perlu ditetapkan ada dalam langkah ketiga, setelah perumusan tujuan dan penyusunan alat evaluasi baru berupa;
a.       Pokok-pokok bahan; dan
b.      Rincian setiap pokok bahan.
Contoh:
Tujuan Instruksional
Materi pelajaran
Murid dapat mengubah kalimat aktif menjadi kalimat pasif
1.    Ciri kalimat aktif dan pasif
1.1     Ciri kalimat aktif
1.2     Ciri kalimat pasif
2.   Perbedaan kalimat aktif dan pasif:
2.1      Susunan kalimat
2.2      Bentuk kata kerja yang dipakai
3.  Dst.

Dari contoh di atas dapat diketahui bahwa pada langkah ini, materi pelajarn belum dikembangkan dalam bentuk yang telah terurai dengan lengkap, melainkan baru dalam bentuk butir-butirnya saja untuk memberikan gambaran mengenai lingkup dan rincian bahan yang akan dibahas.
Ada beberapa yang perlu diperhatikan dalam menetapkan materi pelajaran, antara lain:
a.       Materi pelajaran hendaknya sesuai dengan tercapainya tujuan instruksional.
Di Negara manapun, sekolah adalah tempat pendidikan yang berfungsi mengembangkan seluruh aspek kepribadian peserta didik atau siswa, yang meliputi aspek kognitif, afektif, maupun psikomotor. Pemenuhan fungsi tersebut diwujudkan antara lain melalui pemberian berbagai jenis bidang studi atau mata pelajaran, seperti Pendidikan Agama, PMP, IPA, IPS, Bahasa, Pendidikan Jasmani, Kesenian, dsb.
Untuk itu, materi pelajaran yang diberikan dalam setiap mata pelajaran hendaknya mendukung pencapaian tujuan instruksional mata pelajaran yang bersangkutan, dalam rangka mewujudkan fungsi pendidikan yang diemban oleh sekolah tersebut.
b.      Materi pelajaran harus sesuai dengan tingkat pendidikan/perkembangan para siswa pada umumnya.
Di samping menunjang pencapaian tujaun instruksional, materi pelajaran hendaknya ditetapkan dengan mempertimbangkan pula taraf kemampuan peserta didik atau siswa yang bersangkutan. Suatu topik yang sama dapat berbeda tingkat kedalamannya untuk tingkat sekolah/kelas yang berbeda. Pembahasan tentang topik lingkungan, kalimat, demokrasi, dll, berbeda tingkat kedalamannya antara kelas II, kelas IV, krlas VI, apalagi antar SD, SMP, dan SMA.
c.       Materi pelajaran hendaknya diorganisasikan secara sistematik dan berkesinambungan.
Dengan sistematik dan berkesinambungan di sini dimaksudkan bahwa antara bahan yang satu dan bahan yang berikutnya ada hubungan fungsional, di mana bahan yang satu menjadi dasar untuk/berkaitan dengan bahan berikutnya. Sebagai contoh, sebelum sampai pada materi tentang jenis-jenis transmigrasi, perlu dibahas terlebih dahulu pengertian dari transmigrasi tersebut.
d.      Materi pelajaran hendaknya mencakup hal-hal yang bersifat faktual maupun konseptual.
Bahan yang factual sifatnya konkret dan mudah diingat, sedangkan bahan yang sifatnya konseptual berisikan konsep-konsep abstrak, dan memerlukan pemahamn yang lebih dalam. Dalam menetapkan materi pelajaran, kedua jenis bahan tersebut perlu dimasukkan berhubung keduanya penting untuk mencapai tujuan.

2.      Cara Pemilihan
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam memilih/menetapkan materi pelajaran:
a.   Tujuan Pengajaran
Materi pelajaran hendaknya ditetapkan dengan mengacu pada tujuan-tujuan instruksional yang ingin dicapai.
b.   Pentingnya Bahan
Materi yang diberikan hendaknya merupakan bahan yang betul-betul penting, baik dilihat dari tujuan yang ingin dicapai maupun fungsinya untuk mempelajari bahan berikutnya.
c.    Nilai Praktis
Materi yang dipilih hendaknya bermakna bagi para siswa, dalam arti mengandung nilai praktis/bermanfaat bagi kehidupan sehari-hari.
d.   Tingkat perkembangan peserta didik
Kedalaman materi yang dipilih hendaknya ditetapkan dengan memperhitungkan tingkat perkembangan berpikir siswa yang bersangkutan, dalam hal ini biasanya telah dipertimbangkan dalam kurikulum sekolah yang bersangkutan.
e.    Tata urutan
\materi yang diberikan hendaknya ditata dalam urutan yang memudahkan dipelajarinya keseluruhan materi oleh peserta didik atau siswa.

B.     Penentuan Metode Mengajar
1.      Jenis-jenis Metode Mengajar
a.       Metode Ceramah
Ceramah adalah cara penyampaian bahan pelajaran dengan komunikasi lisan. Bila dalam penggunaannya benar-benar disiapakan dengan baik, didukung dengan alat dan media, serta memperhatikan batas-batas kemungkinannya, maka metode ini tidak senantiasa jelek.
Kelebihan metode ceramah:
1)      Menggunakan kelebihan pengalaman dan kebijakan guru untuk menyajikan sari pati suatu mata pelajaran.
2)      Ekonomis dan efektif untuk keperluan penyampaian informasi dan pengertian.
Kelemahan metode ceramah:
1)      Siswa cenderung pasif.
2)      Pengaturan kecepatan secara klasikal ditentukan pengajar.
3)      Kurang cocok untk pembentukan keterampilan dan sikap.
4)      Cenderung menempatkan pengajar sebagai otoritas terakhir.

b.      Metode Tanya Jawab
Metode ini adalah metode mengajar yang memungkinkan terjadinya komunikasi langsung yang bersifat dua arah karena pada saat yang sama terjadi dialog antara guru dan siswa. Kelebihan metode tanya jawab:
1)      Kelas lebih aktif karena anak tidak sekedar mendengarkan saja.
2)      Memberikan kesempatan kepada anak untuk bertanya sehingga Guru mengetahui hal-hal yang belum dimengerti oleh siswa.
3)      Guru dapat mengetahui sampai sejauh mana penangkapan siswa terhadap segala sesuatu yang diterangkan.
Kelemahan metode tanya jawab:
1)      Dengan tanya-jawab kadang-kadang pembicaraan menyimpang dari pokok persoalan bila dalam mengajukan pertanyaan, siswa menyinggung hal-hal lain walaupun masih ada hubungannya dengan pokok yang dibicarakan.
2)      Membutuhkan waktu lebih banyak.

c.       Metode Diskusi
Diskusi merupakan bentuk belajar mengajar di mana terjadi interaksi antara guru dan peserta didik dan terutama antara sesama peserta didik secara optimal. Kelebihan metode diskusi:
1)      Diperolehnya kesempatan bagi peserta didik untuk mengemukakan pendapatnya secara sistematis.
2)      Peserta didik terlatih untuk mendengarkan dan menunggu giliran bicara secara tertib.
3)      Membina kemampuan berpikir mandiri dan komunikasi interpersonal.
Kelemahan metode diskusi:
1)      Tidak adanya jaminan bahwa setiap diskusi akan sampai kepada tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya karena interaksi yang bersifat terbuka.
2)      Sulit membuat semua anggota ambil bagian secara merata.
3)      Sulit mencari pimpinan diskusi yang efektif.

d.      Metode Demonstrasi
Demonstrasi merupakan metode mengajar yang memperlihatkan bagaimana proses terjadinya sesuatu, di mana keaktifan biasanya lebih banyak pada pihak guru.
Kelebihan metode demonstrasi:
1)      Perhatian siswa dapat dipusatkan kepada hal-hal yang dianggap penting oleh guru sehingga hal-hal yang penting dapat diamati seperlunya.
2)      Dapat mengurangi kesalahan-kesalahan bila dibandingkan dengan hanya membaca di dalam buku, karena siswa telah mempenoleh gambaran yang jelas dan hasil pengamatannya.
3)      Bila siswa turut aktif bereksperimen, maka siswa akan memperoleh pengalaman-pengalaman praktek untuk mengembangkan kecakapannya dan memperoleh pengakuan dan penghargaan dari teman-teman dan gurunya.
4)      Beberapa masalah yang menimbulkan pertanyaan pada diri siswa dapat dijawab waktu mengamati proses demonstrasi/eksperimen.
Kelemahan metode demonstrasi:
1)      Daya tangkap setiap siswa berbeda, sehingga guru harus mengulang-ulang suatu bagian yang sama agar siswa dapat mengikuti pelajaran.
2)      Waktu yang diperlukan untuk proses belajar mengajar akan lebih lama dibandingkan dengan metode ceramah.
3)      Demonstrasi akan menjadi metode yang kurang baik apabila alat yang didemonstrasikan tidak dapat diamati dengan seksama oleh siswa.
4)      Demonstrasi menjadi tidak efektif bila tidak diikuti dengan sebuah aktivitas di mana siswa sendiri dapat ikut bereksperimen dan menjadikan aktivitas itu pengalaman yang berharga.
5)      Tidak semua hal dapat didemonstrasikan di dalam kelas.

e.       Metode Eksperimen
Metode eksperimen langsung melibatkan para siswa melakukan percobaan untuk mencari jawaban terhadap permasalahan yang diajukan. Metode ini merupakan unsur pokok dalam pendekatan inquiry dan discovery (belajar dengan menemukan).
Kelebihan metode eksperimen:
1)      Siswa memperoleh pengetahuan melalui pengalaman belajar, bukan sekedar info verbal dari guru.
2)      Pengetahuan yang siswa peroleh akan lebih bersifat pemahaman dan bukan sekedar ingatan atau hafalan.
3)      Siswa akan lebih terampil untuk melakukan penyelidikan, memecahkan masalah praktis dan membuktikan asumsi teoritis.
4)      Akan terbentuk sikap ilmiah dalam diri siswa .
Kelemahan metode eksperimen:
1)      Tidak cukupnya alat-alat mengakibatkan tidak setiap anak didik berkesempatan mengadakan ekperimen.
2)      Jika eksperimen memerlukan jangka waktu yang lama, anak didik harus menanti untuk melanjutkan pelajaran.
3)      Metode ini lebih sesuai untuk menyajikan bidang-bidang ilmu dan teknologi.

f.       Metode Pemberian Tugas
Metode pemberian tugas diberikan dari guru kepada siswa untuk diselesaikan dan dipertanggung jawabkan.
Kelebihan metode pemberian tugas:
1)      Dapat memupuk rasa percaya diri sendiri
2)      Dapat membina kebiasaan siswa untuk mencari, mengolah menginformasikan dan dan mengkomunikasikan sendiri.
3)      Dapat mendorong belajar, sehingga tidak cepat bosan
4)      Dapat membina tanggung jawab dan disiplin siswa
5)      Dapat mengembangkan kreativitas siswa
6)      Dapat mengembangkan pola berfikir dan ketrampilan anak.
Kelemahan metode pemberian tugas:
1)      Tugas tersebut sulit dikontrol guru kemungkinan tugas itu dikerjakan oleh orang lain yang lebih ahli dari siswa.
2)      Sulit untuk dapat memenuhi pemberian tugas
3)      Pemberian tugas terlalu sering dan banyak, akan dapat menimbulkan keluhan siswa,
4)      Dapat menurunkan minat belajar siswa kalau tugas terlalu sulit
5)      Pemberian tugas yangmonoton dapat menimbulkan kebosanan siswa apabila terlalu sering.
6)      Khusus tugas kelompok juga sulit untuk dinilai siapa yang aktif.

g.      Metode Karyawisata
Metode karya wisata adalah suatu metode mengajar yang dirancang terlebih dahulu oleh pendidik dan diharapkan siswa membuat laporan dan didiskusikan bersama dengan peserta didik yang lain serta didampingi oleh pendidik, yang kemudian dibukukan. 
Kelebihan metode karyawisata sebagai berikut :
1)      Karyawisata menerapkan prinsip pengajaran modern yang memanfaatkan lingkungan nyata dalam pengajaran.
2)      Membuat bahan yang dipelajari di sekolah menjadi lebih relevan dengan kenyataan dan kebutuhan yang ada di masyarakat.
3)      Pengajaran dapat lebih merangsang kreativitas anak.
Kekurangan metode karyawisata sebagai berikut :
1)      Memerlukan persiapan yang melibatkan banyak pihak.
2)      Dalam karyawisata sering unsur rekreasi menjadi prioritas daripada tujuan utama, sedangkan unsur studinya terabaikan.
3)      Memerlukan pengawasan yang lebih ketat terhadap setiap gerak-gerik anak didik di lapangan.
4)      Biayanya cukup mahal.
5)      Memerlukan tanggung jawab guru dan sekolah atas kelancaran karyawisata dan keselamatan anak didik, terutama karyawisata jangka panjang dan jauh.

h.      Metode Sosiodrama
Sosiodrama adalah suatu cara mengajar dengan jalan mendramatisasikan bentuk tingkah laku dalam hubungan sosial. Metode ini sering digunakan dalam mengajarkan nilai-nilai dan memecahkan masalah yang dihadapi dalam hubungan sosial.
Kelebihan metode sosiodrama:
1)      Dapat berkesan dengan kuat dan tahan lama dalam ingatan siswa.
2)      Sangat menarik bagi siswa, sehingga memungkinkan kelas menjadi dinamis dan penuh antusias
3)      Dapat menghayati peristiwa yang berlangsung dengan mudah, dan dapat memetik butir-butir hikmah yang terkandung di dalamnya dengan penghayatan siswa sendiri
4)      Dimungkinkan dapat meningkatkan kemampuan profesional siswa, dan dapat menumbuhkan / membuka kesempatan bagi lapangan kerja
Kelemahan metode sosiodrama:
1)      Sosiodrama dan bermain peranan memelrukan waktu yang relatif panjang/banyak
2)      Memerlukan kreativitas dan daya kreasi yang tinggi dari pihak guru maupun murid.
3)      Kebanyakan siswa yang ditunjuk sebagai pemeran merasa malu untuk memerlukan suatu adegan tertentu
4)      Apabila pelaksanaan sosiodrama dan bermain pemeran mengalami kegagalan, bukan saja dapat memberi kesan kurang baik, tetapi sekaligus berarti tujuan pengajaran tidak tercapai
5)      Tidak semua materi pelajaran dapat disajikan melalui metode ini



2.      Pemilihan Metode Mengajar
Dalam memilih metode mengajar dalam rangka perencanaan pengajaran, perlu mempertimbangkan faktor:
a.       Kesesuaian dengan tujuan instruksional
Bagi guru, yang penting adalah metode manapun yang akan digunakan harus jelas tujuan yang akan dicapai, baik Tujuan Instrusional Umum dan Tujuan Instruksional Khusus. Secara garis besar, ancer-ancer hubungan antara metode mengajar dan tujuan instruksional yang ingin dicapai dapat digambarkan ke dalam bagan:

HUBUNGAN TUJUAN DENGAN METODE
Tujuan
Metode
Cr
Tj
Ds
Dm
Ek
Pt
Kw
Sd
Ingatan
ü   
ü   






Pemahaman


ü   
ü   


ü   

Aplikasi




ü   
ü   

ü   

b.      Keterlaksanaan dilihat dari waktu dan sarana
Disamping bertitik tolak dari tujuan yang ingin dicapai, dalam memilih metode perlu juga mempertimbangkan waktu dan sarana yang tersedia.

Tb. Bactiar Rivai, mengemukakan 5 prinsip dalam memilih metode mengajar :
a.       Azas maju berkelanjutan (continous progress) yang artinya memberi kemungkinan kepada murid untuk mempelajari sesuatu sesuai dengan kemampuannya.
b.      Penekanan pada belajar sendiri artinya siswa diberi kesempatan untuk mempelajari dan mencari sendiri bahan pelajaran lebih banyak lagi daripada yang diberikan guru.
c.       Bekerja secara team, dimana siswa dapat mengerjakan sesuatu pekerjaan yang memungkinkan siswa bekerja sama.
d.      Multidisipliner, artinya memungkinkan siswa untuk mempelajari sesuatu meninjau dari berbagai sudut kesehatan, keindahan atau pandangan orang lain.

C.     Penentuan Kegiatan Belajar Mengajar
Kegiatan yang dilakukan oleh guru dan siswa tergantung dari jenis metode yang digunakan. Misalnya dalam metode pemberian tugas, kegiatan pokok yang dilakukan guru dan siswa antara lain:
1.      Kegiatan Guru
a.       Menjelaskan TIK yang ingin dicapai
b.      Membagi peserta didik menjadi beberapa kelompok
c.       Menjelaskan tugas yang harus dikerjakan setiap kelompok
d.      Memantau pelaksanaan tugas oleh setiap kelompok
e.       Membahas laporan hasil kerja kelompok
2.      Kegiatan Siswa
a.       Mengikuti dengan seksama penjelasan guru tentang pembagian kelompok dan jenis tugas yang harus dilaksanakan tiap kelompok
b.      Melaksanakan tugas dalam kelompok
c.       Menyiapkan laporan hasil pelaksanaan tugas
d.      Melaporkan hasil kegiatan di depan kelas

Tidak ada komentar:

Posting Komentar